Pembelajaran Kooperatif

Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pembelajaran.

b. Landasan Teoritik

Model pembelajaran kooperatif ini dikembangkan berdasarkan teori belajar kognitif-konstruktivis. Hal ini terlihat pada salah satu teori Vygotsky, yaitu tentang penekanan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran. Vygotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam percakapan atau kerjasama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu tersebut. Implikasi dari teori Vygotsky ini dikehendakinya susunan kelas berbentuk pembelajaran kooperatif.

Penerapan model pembelajaran kooperatif ini juga sesuai dengan yang dikehendaki oleh prinsip-prinsip CTL (Contextual Teaching and Learning), yaitu tentang learning community. Dalam salah satu pilar CTL dinyatakan bahwa bekerja sama dengan orang lain untuk menciptakan pembelajaran adalah lebih baik dibandingkan dengan belajar sendiri.

c.  Tujuan Hasil Belajar Siswa

Model pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan pembelajaran langsung. Di samping model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik, model pembelajaran kooperatif juga efektif untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Dalam banyak kasus, norma budaya anak muda sebenarnya tidak menyukai siswa-siswa yang ingin menonjol secara akademis. Robert Slavin dan pakar lain telah berusaha untuk mengubah norma ini melalui penggunaan pembelajaran kooperatif.

Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik. Siswa kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa kelompok bawah, jadi memperoleh bantuan khusus dari teman sebaya, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Dalam proses tutorial ini, siswa kelompok atas akan meningkat kemampuan akademiknya karena memberi pelayanan sebagai tutor membutuhkan pemikiran lebih mendalam tentang hubungan ide-ide yang terdapat di dalam materi tertentu.

Tujuan penting lain dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat di mana banyak kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung satu sama lain dan di mana masyarakat secara budaya semakin beragam.

Sementara itu, banyak anak muda dan orang dewasa masih kurang dalam keterampilan sosial. Situasi ini dibuktikan dengan begitu sering pertikaian kecil antara individu dapat mengakibatkan tindak kekerasan atau betapa sering orang menyatakan ketidakpuasan pada saat diminta untuk bekerja dalam situasi kooperatif.

 

d.  Keterampilan Kooperatif

Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, namun siswa juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi antar anggota kelompok. Sedangkan peranan tugas dilakukan dengan membagi tugas antar anggota kelompok selama kegiatan.

Keterampilan-keterampilan kooperatif  menurut Lundgren (1994).

1)   Keterampilan kooperatif tingkat awal

  • menggunakan kesepakatan
  • menghargai kontribusi
  • mengambil giliran dan berbagi tugas
  • berada dalam kelompok
  • berada dalam tugas
  • mendorong partisipasi
  • mengundang orang lain untuk berbicara
  • menyelesaikan tugas pada waktunya
  • menghormati perbedaan individu
 

2)   Keterampilan kooperatif tingkat menengah

  • menunjukkan penghargaan dan simpati
  • mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima
  • mendengarkan dengan aktif
  • bertanya
  • membuat ringkasan
  • menafsirkan
  • mengatur dan mengorganisir
  • menerima tanggung jawab
  • mengurangi ketegangan
 

3)   Keterampilan kooperatif tingkat mahir

  • mengelaborasi
  • memeriksa dengan cermat
  • menanyakan kebenaran
  • menetapkan tujuan
  • berkompromi
 

e.  Tingkah Laku Mengajar (Sintaks)

Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa belajar. Fase ini diikuti oleh penyajian informasi; seringkali dengan bahan bacaan daripada secara verbal. Selanjutnya siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja bersama untuk menyelesaikan tugas bersama mereka. Fase terakhir pembelajaran kooperatif meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok, atau evaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu.

Enam tahap pembelajaran kooperatif itu dirangkum pada Tabel. Terdapat beberapa pendekatan yang berbeda dalam pembelajaran kooperatif, dan langkah-langkahnya sedikit bervariasi bergantung pada pendekatan yang digunakan. Empat pendekatan dan perbedaannya masing-masing akan dijelaskan kemudian.

Tabel Sintaks pembelajaran kooperatif

Fase-Fase

Tingkah Laku Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.

Fase 2

Menyajikan informasi

Fase 3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

Fase 4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Fase 5

Evaluasi

Fase 6

Memberikan penghargaan

Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

 

f.  Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan

Lingkungan belajar untuk pembelajaran kooperatif dicirikan oleh proses demokrasi dan peran aktif siswa dalam menentukan apa yang harus dipelajari dan bagaimana mempelajarinya. Guru menerapkan suatu struktur tingkat tinggi dalam pembentukan kelompok dan mendefinisikan semua prosedur, namun siswa diberi kebebasan dalam mengendalikan dari waktu ke waktu di dalam kelompoknya. Jika pelajaran pembelajaran kooperatif ingin menjadi sukses, materi pembelajaran yang lengkap harus tersedia di ruangan guru atau di perpustakaan atau di pusat media. Keberhasilan juga menghendaki syarat dari menjauhkan kesalahan tradisional, yaitu secara ketat mengelola tingkah laku siswa dalam kerja kelompok.

Selain unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit, model ini sangat berguna untuk membantu siswa menumbuhkan kemampuan kerjasama, berfikir kritis, dan kemampuan membantu teman.

gBeberapa Tipe Pembelajaran Kooperatif

Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah, namun terdapat beberapa variasi dari model tersebut. Beberapa variasi dalam model CL tersebut diuraikan seperti berikut ini.

1)   Student Teams-Achievement Division (STAD)

STAD atau Tim Siswa-Kelompok Prestasi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Dalam STAD siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok dengan anggota 4-5 orang, dan setiap kelompok haruslah heterogen. Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja di dalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya, seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu, dan pada saat kuis ini mereka tidak boleh saling membantu.

Skor siswa dibandingkan dengan rata-rata skor yang lalu mereka sendiri, dan poin diberikan berdasarkan pada seberapa jauh siswa menyamai atau melampaui prestasinya yang lalu. Poin tiap anggota tim ini dijumlah untuk mendapatkan skor tim, dan tim yang mencapai kriteria tertentu dapat diberi sertifikat/penghargaan yang lain.

2)   Jigsaw

Dalam penerapan jigsaw, siswa dibagi berkelompok dengan anggota kelompok 5 atau 6 orang heterogen. Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub-bab. Sebagai misal, bab zat dan wujudnya dapat dibagi menjadi sub-bab: massa jenis zat, zat padat, zat cair, zat gas, serta panas dan gerak partikel. Setiap anggota kelompok membaca sub-bab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajari bagian yang diberikan itu.

Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub-bab yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikan sub-bab mereka. Setelah itu para siswa kembali ke kelompok asal mereka dan bergantian mengajar teman satu kelompok mereka tentang sub-bab mereka. Satu-satunya cara siswa dapat belajar sub-bab lain selain dari sub-bab yang mereka pelajari adalah dengan mendengarkan secara sungguh-sungguh terhadap teman satu kelompok mereka. Setelah selesai pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa dikenai kuis secara individu tentang materi belajar. Skor kelompok menggunakan prosedur skoring yang sama dengan STAD.

3)   Teams-Games-Tournaments (TGT)

TGT atau Pertandingan-Permainan-Tim merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang berkaitan dengan STAD. Dalam TGT, siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin pada skor tim mereka. Permainan disusun dari pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan pelajaran yang dirancang untuk mengetes pengetahuan yang diperoleh siswa dari penyampaian pelajaran di kelas dan kegiatan-kegiatan kelompok. Permainan itu dimainkan pada meja-meja turnamen. Setiap meja turnamen dapat diisi oleh wakil-wakil kelompok yang berbeda, namun yang memiliki kemampuan setara.

Permainan itu berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada kartu-kartu yang diberi angka. Tiap-tiap siswa akan mengambil sebuah kartu yang diberi angka dan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan angka tersebut. Turnamen ini memungkinkan bagi siswa dari semua tingkat untuk menyumbangkan dengan maksimal bagi skor-skor kelompoknya bila mereka berusaha dengan maksimal. Turnamen ini dapat berperan sebagai reviu materi pelajaran.

4)   Think-Pair-Share (TPS)

TPS atau Berpikir-Berpasangan-Berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur yang dikembangkan ini dimaksudkan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Struktur ini menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil (2-6 anggota) dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif daripada penghargaan individual.

TPS memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. Misalkan seorang guru baru saja menyelesaikan suatu penyajian singkat, atau siswa telah membaca suatu tugas, atau suatu situasi penuh teka-teki telah dikemukakan. Dan guru menginginkan siswa memikirkan secara lebih mendalam tentang apa yang telah dijelaskan atau dialami. Guru memilih untuk menggunakan TPS sebagai ganti tanya jawab seluruh kelas. Guru perlu menerapkan langkah-langkah seperti berikut ini.

Tahap-1: Thinking (berpikir). Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran. Selanjutnya siswa diminta untuk memikirkan jawaban pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.

Tahap-2: Pairing (berpasangan). Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa yang lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkan pada tahap pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban atau berbagi ide. Biasanya guru memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan.

Tahap-3: Sharing (berbagi). Pada tahap akhir ini, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Ini dapat dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan dan dilanjutkan sampai sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan.

5)   Numbered-Head-Together (NHT)

NHT atau Penomoran-Berpikir Bersama merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang sejenis dengan TPS, dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Sebagai gantinya mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat langkah seperti berikut ini.

Tahap-1: Penomoran. Guru membagi siswa ke dalam kelompok beranggota 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.

Tahap-2: Mengajukan Pertanyaan. Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya atau berbentuk arahan.

Tahap-3: Berpikir Bersama. Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota kelompoknya mengetahui jawaban itu.

Tahap-4: Menjawab. Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

Catatan: Sintaks pembelajaran kooperatif tipe tertentu tetap mengacu sintaks pembelajaran kooperatif dengan mengelaborasi ciri-ciri masing-masing tipe ke dalam tingkah laku guru.

Tugas 5.3

Buatlah RPP Pembelajaran Kooperatif tipe STAD, Jigsaw, TGT, TPS, dan NHT

6)   Prosedur Penskoran pada Pembelajaran kooperatif

Pembelajaran kooperatif tipe STAD dan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mempunyai prosedur penskoran tertentu, sedangkan tipe pembelajaran kooperatif yang lain tidak mempunyai prosedur penskoran tertentu. Laporan atau presentasi kelompok dapat digunakan sebagai salah satu dasar untuk evaluasi, dan siswa hendaknya diberi penghargaan untuk sumbangan individual dan hasil kolektif. Prosedur penyekoran untuk STAD dan Jigsaw menurut Slavin (1986) dapat dilihat dalam Tabel.

Tabel Prosedur penyekoran untuk STAD dan Jigsaw

Langkah I

Menetapkan skor dasarSetiap siswa diberikan skor berdasarkan skor-skor kuis yang laluLangkah 2

Menghitung skor kuis terkiniSiswa memperoleh poin untuk kuis yang berkitan dengan pelajaran terkiniLangkah 3

Menghitung skor perkembanganSiswa mendapatkan poin perkembangan yang besarnya ditentukan apakah skor kuis terkini mereka menyamai atau melampaui skor dasar mereka, dengan menggunakan skala yang diberikan di bawah iniLebih dari 10 poin dibawah skor dasar

0 poin

10 poin di bawah sampai 1 poin di bawah skor dasar

10 poin

Skor dasar sampai 10 poin di atas skor dasar

20 poin

Lebih dari 10 oin di atas skor dasar

30 poin

Pekerjaan sempurna (tanpa memperhatikan skor dasar)

30 poin

Sedangkan penentuan dan penghargaan skor tim dan lembar rangkuman tim sebagai berikut:

Tabel  Penentuan dan penghargaan skor tim

Langkah 1

Penentuan skor timSkor tim dihitung dengan menambahkan skor peningkatan tiap-tiap individu anggota tim dan membagi dengan jumlah anggota tim tersebut.Langkah 2

Penghargaan atas presentasi tim

Tiap-tiap tim menerima suatu sertifikat khusus berdasarkan pada sistem poin berikut ini. Rata-rata Tim                   Penghargaan

15 poin                             Tim Baik

20 poin                             Tim Hebat

25 poin                             Tim Super

 

 

Contoh Lembar Rangkuman Tim

Nama  Tim     : Succes Four

Anggota

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Santi

Karin

Bella

Nisha

Skor Tim Total

Rata-Rata Tim

Penghargaan30

30

20

20

100

25

Tim super

Tentang basusurung

I'm simple
Pos ini dipublikasikan di Artikel, Pembelajaran. Tandai permalink.

Tinggalkan komentar