Pembelajaran Berdasarkan Masalah

a.    Pengertian Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Fogarty (1997) menjelaskan bahwa: “Problem based learning is a curriculum model designed around real life problems that are ill structured, open ended, or ambiguous.  An ill structured problem is fuzzy, unclear, or not yet identified.  It is often a situation that is confusing and complex, with a number of interrelated concerns.” Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan realisasi dari pandangan pengajaran konstruktivis. Pembelajaran ini bertujuan membantu siswa menjadi pebelajar otonom yang memiliki keyakinan pada kemampuannya sendiri untuk memecahkan masalah dan membangun makna bagi dirinya sendiri. Peran guru adalah membimbing siswa mengembangkan sikap, keterampilan yang diperlukan untuk belajar secara mandiri, rasa ingin tahu, kreatif, percaya diri, dan inisiatif. Selain itu, guru mengajukan masalah, memfasilitasi penyelidikan dan dialog siswa, serta mendukung belajar siswa. PBI diorganisasikan di sekitar situasi kehidupan nyata yang menghindari jawaban sederhana dan mengundang berbagai pemecahan yang bersaing.

b.   Ciri-ciri Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Nur (2008) menjelaskan ciri-ciri khas dari  model pembelajaran berdasarkan masalah adalah sebagai berikut:

1)   Pengajuan Masalah atau Pertanyaan

Masalah yang diajukan harus memenuhi 5 kriteria, yaitu: (1) autentik, masalah dikaitkan dengan pengalaman nyata siswa, (2) masalah tidak jelas, sehingga menimbulkan tanda tanya dan beberapa alternatif jawaban dari siswa, (3) bermakna bagi siswa, sesuai dengan perkembangan intelektualnya, (4) cukup luas, sehingga dapat memberikan kesempatan bagi guru untuk memenuhi tujuan instruksionalnya, dan (5) bermanfaat bagi siswa.

2)   Berfokus pada Keterkaitan antar Disiplin Ilmu

Masalah yang diajukan dalam pembelajaran berdasarkan masalah hendaknya mengkaitkan atau melibatkan berbagai disiplin ilmu, sehingga dapat menghasilkan beberapa alternatif jawaban.

3)   Penyelidikan Autentik

Siswa melakukan penyelidikan autentik untuk menemukan pemecahan terhadap masalah nyata. Siswa harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis dan membuat prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen (bila diperlukan), membuat inferensi, dan membuat kesimpulan.

4)   Menghasilkan Karya Nyata dan Memamerkannya

Siswa menghasilkan produk dalam bentuk karya nyata mewakili pemecahan masalah yang ditemukan. Produk itu dapat berupa laporan, model fisik, video, maupun program komputer. Hasil karya tersebut ditampilkan siswa di depan teman-temannya.

5)   Kolaborasi

Siswa bekerja sama dengan siswa lainnya, sering kali dalam pasangan-pasangan atau kelompok-kelompok kecil.

c.     Landasan Teoritik

Model pembelajaran ini sangat efektif untuk mengajarkan proses-proses berpikir tingkat tinggi, membantu siswa memproses informasi yang telah dimilikinya, dan membantu siswa membangun sendiri pengetahuannya tentang dunia sosial dan fisik di sekelilingnya. Pembelajaran berdasarkan permasalahan bertumpu pada psikologi kognitif dan pandangan para konstruktivis mengenai belajar. Model pembelajaran ini juga sesuai dengan yang dikehendaki oleh prinsip-prinsip CTL, yaitu inquiri, konstruktivisme, dan menekankan pada berpikir tingkat lebih tinggi.

d.     Tujuan Hasil Belajar Siswa

PBI tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. PBI utamanya dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual; belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi; dan menjadi pebelajar yang otonom dan mandiri.

e.    Tingkah Laku Mengajar (Sintaks)

Nur (2008) menjelaskan bahwa pembelajaran berdasarkan masalah mempunyai lima sintaks, dapat dilihat pada Tabel

Tabel Sintaks Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Fase

Perilaku Guru

  1. Mengorientasikan siswa kepada masalah.
Menginformasikan tujuan-tujuan pembelajaran, dan memotivasi siswa agar terlibat dalam kegiatan pemecahan masalah yang mereka pilih sendiri.
  1. Mengorganisasikan siswa untuk belajar.
Membantu siswa menentukan dan mengatur tugas-tugas belajar, membagikan LKS, dan menjelaskan logistik yang diperlukan.
  1. Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok.
Mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, mencari penjelasan, dan solusi.
  1. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya serta memamerkannya.
Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan hasil karya yang sesuai seperti laporan, rekaman, video dan model, serta membantu memamerkannya.
  1. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Membantu siswa melakukan refleksi atas penyelidikan dan proses-proses yang mereka gunakan.

f.      Lingkungan  Belajar dan Sistem Pengelolaan

Tidak seperti lingkungan belajar yang terstruktur secara ketat yang dibutuhkan untuk pembelajaran langsung atau penggunaan yang hati-hati kelompok kecil pada pembelajaran kooperatif, lingkungan belajar dan sistem managemen pada PBI dicirikan oleh: terbuka, proses demokrasi, dan peranan siswa aktif. Dalam kenyataan, keseluruhan proses membantu siswa untuk menjadi mandiri, siswa yang otonom yang percaya pada keterampilan intelektual mereka sendiri memerlukan keterlibatan aktif dalam lingkungan berorientasi inkuiri yang aman secara intelektual. Meskipun guru dan siswa melakukan tahapan pembelajaran PBI yang terstruktur dan dapat diprediksi, norma di sekitar pelajaran adalah norma inkuiri terbuka dan bebas mengemukakan pendapat. Lingkungan belajar menekankan pada peranan sentral siswa bukan guru.

Tentang basusurung

I'm simple
Pos ini dipublikasikan di Artikel, Pembelajaran. Tandai permalink.

Tinggalkan komentar